Tuesday, November 1, 2011

Finished reading Tolong, Radith Membuat Saya Bego! , since i'm not a big fan of Raditya Dika, I have no idea the publisher just changed the old cover to the new one, and I'm being so silly to buy both of his books and then found out both of it were just the new covers and I probably have the old covers like oh em gee ._.
but never mind.

old cover
new cover
which one is cuter y think? :D I love the new one, though.
Since this book is Indonesian book and it only has 126pages, i'm goin to write a short review in Indonesian language.

Tolong, Radith Membuat Saya Bego merupakan kumpulan cerita dari Raditya Dika bersama para pembacanya. Jadi lewat websitenya, dia mengadakan semacam kompetesi untuk siapa saja yang membaca bukunya agar mengirimkan foto mereka bersama dengan salah satu bukunya. Surprisingly, yang mengirimkan foto terhitung cukup banyak, dan alhasil foto-foto mereka beserta sedikit cerita mengenai foto-foto mereka yang gila-gilaan pun diterbitkan dalam buku Radith dan teman-teman sepermainan, yang berjudul "Tolong,Radith Membuat Saya Bego".

-Lucu si, tapi gak selucu buku-buku Radith yang lainnya, mungkin karena ini buku kumpulan cerita dari foto-foto jadi gak nendang jokesnya. However, I still like his books. Emank tipis-tipis, tapi who needs a very thick book if u can laugh so hard by reading a short pages of book? :D

Tapi balik lagi ke esensi nya novel itu tersendiri, ada buku yang super tebal, tapi isinya sangat membosankan. Namun, banyak juga buku-buku tebal yang mesikipun tebal tapi sangat menarik untuk dibaca. Begitu juga dengan buku yang tipis, terkadang buku yang tipis pun ga selamanya enak dibaca. Buku tipis yang enak dibaca juga kadang mengecewakan pembaca, karena terlalu tipis sehingga pembaca merasa kurang terkesan.

Susah ya jadi penulis? :) That's why I appreciate their works so much.
Ketika baca suatu buku, wajar-wajar saja jika  kita tidak menyukai karakter dari novel itu sendiri, namun bukan berarti membuat kita kapok untuk membaca buku2 dari penulis buku yang karakternya tidak kita sukai tsb.

Pengalaman saya ketika membaca satu buku yang hanya saya beri dua bintang, saya merasa trauma, dari awal membaca hingga akhir, I got nothing. no improvement at all. Trauma yang saya rasakan berimbas kepada buku-bukunya yang lain, ketika ke toko buku, saya cenderung menghindari buku-bukunya.

Tapi kemudian saya merasa sepertinya saya sedang melakukan tindakan yang keterlaluan dan tidak adil pada penulis tsb. Hanya karena satu bukunya yang menurut saya kurang bagus, apa lantas buku-bukunya yang lain juga sama tidak bagus? Jelas tidak.


Apalagi ketika saya membaca review teman terhadap buku-bukunya yang lain dan dari review nya sepertinya buku-bukunya cukup menarik. Lalu apakah saya jadi menjilat ludah sendiri? Munafik kalau saya bilang enggak :) yang bisa saya syukuri adalah sifat keras kepala saya yang awalnya engga mau baca bukunya jadi menghilang. Saya hanya perlu untuk sedikit lebih selektif ketika berkeinginan membaca buku. Walau hampir semua genre saya suka dan saya baca, tapi tetap saja ada buku-buku yang saya rasa "engga saya banget"

Well, itu semua balik lagi kepada para pembaca sendiri. Your choice, your decision :)

No comments:

Post a Comment